Judul : Negeri 5 Menara
Alur : Maju-Mundur (campuran)
Dimana tokoh utama (Alif Fikri) kilas balik dari ingatannya akan masa silam ketika menimbah ilmu di Pondok Madani hingga membuahkan hasil yang menyenangkan dimasa kini.
Dimana tokoh utama (Alif Fikri) kilas balik dari ingatannya akan masa silam ketika menimbah ilmu di Pondok Madani hingga membuahkan hasil yang menyenangkan dimasa kini.
Penokohan :
Ø Alif
Fikri (tokoh utama) : pandai, sosok
gennerasi muda yang penuh motivasi, bakat, penuh semangat, dan tidah mudah
putus asa.
Ø Raja :
Teman Alif sesama sahibul menara.
Ø Said : Teman Alif sesama sahibul
menara.
Ø Dulmajid : Teman Alif sesama sahibul menara.
Ø Atang : Teman Alif sesama sahibul
menara.
Ø Baso : merupakan anak yang paling
rajin dan paling bersegera disuruh ke mesjid.
Ø Ustad
Salman : Wali kelas Alif.
Laki-laki muda bertubuh kurus bersuara lantang.
Ø Amak : menjunjung tinggi nilai agama,
tegas, baik.
Ø Ayah : sabar, baik, menjunjung tinggi
nilai agama.
Sinopsis :
Negeri
5 Menara
Karya
A.Fuadi
Alif lahir di
pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah
menginjak tanah di luar ranah Minangkabau.
Alif dari kecil sudah bercita-cita ingin menjadi B.J Habibie, maka dari itu
selepas tamat SMP Alif sudah berencana melanjutkan sekolah Ke SMU negeri di Padang
yang akan memuluskan langkahnya untuk kuliah dijurusan yang sesuai. Namun, Amak
menginginkan Alif jadi penerus Buya Hamka, membuat mimpi Alif kandas.
Alif diberi
pilihan sekolah di sekolah agama atau mondok di pesantren. Sempat marah tapi
akhirnya Alif ikhlas karena alif tidak ingin mengecewakan harapan orang tua
khususnya ibu, alif pun menjalankan keinginan ibunya dan masuk pondok. Atas
saran dari pamannya dikairo alif kecil pun memutuskan untuk melanjutkan sekolah
di pondok yang ada di Jawa Timur : PONDOK MADANI. Walaupun awalnya amak berat
dengan keputusan Alif yang memilih pondok di Jawa bukan yang ada di dekat rumah
mereka dengan pertimbangan Alif belum pernah menginjak tanah diluar ranah
minang , namun akhirnya ibunya merestui keinginan Alif itu.
Awalnya Alif
setengah hati menjalani pendidikan dipondok karena dia harus merelakan
cita-citanya yang ingin kuliah di ITB dan menjadi seperti Habibie. Namun
kaliamat bahasa Arab yang didengar Alif dihari pertama di PM (pondok madani
)mampu mengubah pandangan alif tentang melanjutkan pendidikan di Pesantren sama
baiknya dengan sekolah umum. " mantera" sakti yang diberikan kiai
Rais (pimpinan pondok ) man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti
berhasil. Dan Alif pun mulai menjalani hari-hari dipondok dengan ikhlas dan
bersungguh-sungguh.
Di PM Alif
berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep,
Atang dari Bandung dan si jenius Baso dari Gowa, Sulawesi. Ternyata kehidupan
di PM tidak semudah dan sesantai menjalani sekolah biasa. Hari-hari Alif
dipenuhi kegiatan hapalan Al-Qur'an, belajar siang-malam, harus belajar
berbicara bahasa Arab dan Inggris di 6 Bulan pertama. Karena PM melarang keras
murid-muridnya berbahasa Indonesia, PM mewajibkan semua murid berbahasa Arab
dan Inggris. Belum lagi peraturan ketat yang diterapkan PM pada murid yang
apabila melakukan sedikit saja kesalahan dan tidak taat peraturan yang berakhir
pada hukuman yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya. Tahun-tahun pertama Alif
dan ke 5 temannya begitu berat karena harus menyesuaikan diri dengan peraturan
di PM.
Hal yang paling
berat dijalani di PM adalah pada saat ujian, semua murid belajar 24 jam nonstop
dan hanya beberapa menit tidur. Mereka benar-benar harus mempersiapkan mental
dan fisik yang prima demi menjalani ujian lisan dan tulisan yang biasanya
berjalan selama 15 hari. Namun disela rutinitas di PM yang super padat dan
ketat. Alif dan ke 5 selalu menyempatkan diri untuk berkumpul dibawah menara
mesjid , sambil menatap awan dan memikirkan cita-cita mereka kedepan.
Ditahun kedua dan
seterusnya kehidupan Alif dan rekan-rekannya lebih berwarna dan penuh
pengalaman menarik. Di PM semua teman, guru, satpam, bahkan kakak kelas adalah
keluarga yang harus saling tolong menolong dan membantu. Semua terasa begitu
kompak dan bersahabat, sampai pada suatu hari yang tak terduga, Baso , teman
alif yang paling pintar dan paling rajin memutuskan keluar dari PM karena
permasalahan ekonomi dan keluarga.
Kepergian Baso,
membangkitkan semangat Alif, Atang, Dulmajid, Raja dan Said untuk menamatkan PM
dan menjadi orang sukses yang mampu mewujudkan cita-cita mereka menginjakkan
kaki di benua Eropa dan Amerika. Kini semua mimpi kami berenamtelah menjadi
nyata. Kami berenam telah berada lima
Negara yang berbeda, sesuai dengan lukisan dan imajinasi kita di awan. Aku
(Alif) berada di Amerika, Raja di Eropa,
sementara Atang di Afrika, Baso berada di Asia, sedangkan Said dan
Dulmajid sangat nasionalis mereka di Negara kesatuan Indonesia tercinta. Di lima menara impian kami. Jangan pernah
remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Pendengar.
Man jadda wajadda,
siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil…
Novel ini
benar-benar memberikan inspirasi bagi siapa saja yang ingin sukses dan
berhasil, bahwa dimana ada usaha disitu ada jalan. Dan ikhlaslah dalam
menjalani apapun yang ada dikehidupan kita, niscaya usaha dan keikhlasan hati
akan diridhoi Tuhan Yang Maha Esa.
Sebuah novel yang terinspirasi dari kisah
nyata ini banyak memberikan pelajaran hidup bagi kita. Mulai dari semangat
belajar para sahibul menara, kesabarannya, dan pegorbanan mereka demi menimbah
ilmu di Pondok Madani. Semoga dari pengalaman mereka dapat memberikan kita
motivasi dalam mencari ilmu dan menghadapi kehidupan.