Rabu, 07 Desember 2011

Kisah Kelahiran Hanoman


Alkisah sebuah pertapaan yang berada di Gunung Sukendra. Pertapaan itu dihuni oleh Resi Gaotama dan keluarganya. Resi Gaotama adalah keturunan Bathara Ismaya. Resi Gaotama dianugrahi seorang bidadari kahyangan yang bernama Dewi Windradi. Dari hasil perkawinannya mereka dikaruniai tiga orang anak yaitu, Ratna Anjani, Guwarsa dan Guwarsi.
Sebelum Dewi Windradi menikah dengan Resi Gaotama, ia pernah menjalin hubungan dengan Bathara Surya. Hingga suatu hari Bathara Surya memberikan Cupumanik Astagina karena ia merasa telah memberikan sepenuh kepercayaannya kepada Dewi Windradi untuk memiliki Cupumanik Astagina tersebut. Cupu Manik Astagina adalah benda yang berisikan air yaitu tirta perwitasari atau air kehidupan atau air permata mendong. Dewi Windradi menyimpan Cupu Manik Astagina dengan baik.
Tahun berganti tahun, anak-anak Resi Gaotama dengan Dewi Windradi telah tumbuh menjadi dewasa. Ratna Anjani merupakan anak kesayangan Dewi Windradi. Karena rasa cintanya yang begitu besar pada Ratna Anjani, Dewi Windradi mengabaikan pesan Bhatara Surya, memberikan pusaka kedewataan Cupumanik Astagina kepada Anjani. Padahal ketika memberikan Cupumanik Astagina kepada Dewi Windradi, Bhatara Surya telah berwanti-wanti untuk jangan sekah-kali benda kedewatan itu ditunjukkan apalagi diberikan orang lain, walau itu putranya sendiri. Kalau pesan itu sampai terlanggar, sesuatu kejadian yang tak diharapkan akan terjadi.
Cupumanik Astagina adalah pusaka kadewatan yang menurut ketentuan dewata tidak boleh dillhat atau dimiliki oleh manusia lumrah. Larangan ini disebabkan karena Cupumanik Astagina disamping memiliki khasiat kesaktian yang luar biasa, juga didalamnya mengandung rahasia kehidupan alam nyata dan alam kasuwargan. Dengan membuka Cupumanik Astagina, melalui mangkoknya kita akan dapat melihat dengan nyata dan jelas gambaran swargaloka yang serba polos, suci dan penuh kenikmatan. Sedangkan dari tutupnya akan dapat dilihat dengan jelas seluruh kehidupan semua makluk yang ada di jagad raya. Sedangkan khasiat kesaktian yang dimiliki Cupumanik Astagina ialah dapat memenuhi semua apa yang diminta dan menjadi keinginan pemiliknya.
Dewi Windradi memberikan Cupumanik Astagina kepada Anjani, disertai pesan agar tidak menunjukkan benda tersebut baik kepada ayahnya maupun kepada kedua adiknya. Suatu hari ketika ia akan mencoba kesaktian Cupumanik Astagina, kedua adiknya, Guwarsa dan Guwarsi melihatnya. Terjadilah keributan diantara mereka, saling berebut Cupumanik Astagina. Dengan adanya  keributann tersebut keluarlah ayah mereka (Resi Gaotama) yang merasa terganggu oleh keributan yang terjadi di antara ketiga puteranya. Melihat mereka berebut Cupumanik Astagina, Resi Gaotama langsung marah dengan hebatnya. Sementara Dewi Windradi bersikap diam membisu tidak berani berterus terang dari mana ia mendapatkan benda kadewatan tersebut.
Bersikap diam, sama saja artinya dengan tidak menghormati suaminya. Sikap membisu Dewi Windradi membuat Resi Gaotama marah, dan mengutuknya menjadi patung batu, yang dengan kesaktiannya, dilemparkannya melayang, dan jatuh di taman Argasoka kerajaan Alengka disertai kutuk , bahwa kelak akan memjelma kembali menjadi manusia setelah dihantamkan ke raksasa.
Demi keadilan, Resi Gaotama melemparkan Cupumanik Astagina ke udara. Siapapun yang menemukan benda tersebut, dialah pemiliknya. Karena dorongan nafsu, Ratna Anjani, Guwarsi Guwarsa dan Jembawan segera mengejar benda kadewatan tersebut. Tetapi Cupumanik Astagina seolah-olah mempunyal sayap. Sebentar saja telah melintas dibalik bukit. Cupu tersebut terbelah menjadi dua bagian, jatuh ke tanah dan berubah wujud menjadi telaga. Bagian Cupu jatuh di negara Ayodya menjadi Telaga Nirmala, sedangkan tutupnya jatuh di tengah hutan menjadi telaga Sumala. Guwarsa dan Guwarsi yang mengira cupu jatuh kedalam telaga, langsung saja mendekati telaga dan meloncat masuk kedalamnya. Suatu malapetaka terjadi, Guwarsa dan Guwarsi berubah wujud menjadi seekor manusia kera. Melihat ada seekor kera dihadapannya, Guwarsa menyerang kera itu karena menganggap kera itu menghalang-halangi perjalanannya. Pertarungan tak pelak terjadi diantara mereka. Pertempuran seru dua saudara yang sudah menjadi kera itu berlangsung seimbang. Keduanya saling cakar, saling pukul untuk mengalahkan satu dengan lainnya. Tak lama kemudian mereka menyadari bahwa mereka berubah wujud menjadi seekor kera. Dan merekapun saling berpelukan menangisi kejadian yang menimpa diri mereka.
Adapun Dewi Anjani yang berlari-lari datang menyusul, karena merasa kepanasan, sesampainya di tepi telaga lalu merendamkan kakinya serta membasuh mukanya, dan… wajah, tangan dan kakinya berubah ujud menjadi wajah, tangan dan kaki kera. Setelah masing-masing mengetahui adanya kutukan dahsyat yang menimpa mereka, dengan sedih dan ratap tangis penyesalan, mereka kembali ke pertapaan.Setelah masing-masing mengetahui adanya kutukan dahsyat yang menimpa mereka, dengan sedih dan ratap tangis penyesalan, mereka kembali ke pertapaan.
Resi Gaotama dengan tenang menerima kedatangan ketiga putranya yang telah berubah wujud menjadi kera. Setelah memberi nasehat seperlunya, Resi Gaotama menyuruh ketiga putranya untuk pergi bertapa sebagai cara penebusan dosa. Subali ‘tapangalong’ bergantungan di atas pepohonan seperti kalong (kelelawar besar) layaknya. Sugriwa ‘tapa ngidang’ mengembara dalam hutan seperti kijang. Sedang Anjani ‘tapa ngodhok’ berendam di air seperti katak ulahnya di tepi telaga Madirda. la tidak makan kalau tidak ada dedaunan atau apapun yang dapat dimakan yang melayang jatuh di pangkuannya, dan untuk melepas rasa haus ia membasahi mulutnya dengan air embun.
Beberapa tahun berialu, syahdan Batara Guru pada suatu waktu ketika melewati telaga Madirda dilihatnya Anjani bertapa berbadan kurus kering, timbul rasa belas kasihannya, maka dipetiknya ron jati malewa, dilemparkan lah ke arah telaga dan jatuh di pangkuan Anjani. Anjanipun memakannya, dan iapun menjadi hamil karena memakannya .
Setelah tiba saatnya, bayi yang dikandungnya lahir dalam ujud kera berwarna putih sekujur badannya. Bayi itu kemudian diberi nama Hanoman, mengacu kepada daun pemberian Batara Guru yang menyebabkan kehamilan Anjani. Dengan demikian dikatakan bahwa Hanoman adalah putra Batara Guru dan Dewi Anjani.
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar